Rabu, 08 April 2015

Ramadhan, Bulan Menenun Benang Taqwa

Jauhi maksiat, perbanyak ibadah selama Ramadhan
Ramadhan adalah bulan diwajibkannya umat Islam berpuasa untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Melalui ibadah puasa diharapkan dapat melatih diri mengendalikan nafsu yang kadang-kadang karena dorongan hawa nafsu membawa bencana dan malapetaka, bukan hanya pada diri sendiri tapi boleh jadi terhadap orang lain dan masyarakat pada umumnya.

Memang pada asal kejadiannya, nafsu diciptakan oleh Allah bersifat pembangkan dan egois. Pertanyaannya adalah kenapa diberikan kepada manusia, apakah Allah hendak menjadikan manusia sebagai generasi penerus nafsu yang sombong dan arogan? Jawabnya ya! Tapi itu adalah batu ujian, apakah kita dapat terbawa arus mengikuti keinginan hawa nafsu atau dapat dikendalikan. Al-Qur’an menjelaskan “Allah mengilhamkan kepada nafsu jalan kejahatan dan ketaqwaan. Sungguh beruntung orang yang mensucikan dan mengendalikan nafsunya dan celakalah mereka yang mengotorinya” (Q.S. Asy-Syamsu : 8).


Walau sering membawa malapetaka bukan berarti nafsu harus dimusnakan dan dihilangkan, justru sangat diperlukan. Sebab dengan nafsu kerja keras orang bisa kaya, dengan nafsu ingin berkuasa ia rela berjuang dan berkorban, dengan nafsu keindahan akan terjadi perubahan dan perkembangan, dengan nafsu biologis mereka dapat berketurunan sehinggah anak cucu Adam – Hawa tidak punah dan lain sebagainya.
 

Menundukkan dan mengendalikan hawa nafsu adalah tidak gampang, laksana hendak menjinakkan binatang liar lagi buas. Bila pawangnya berhasil, maka harimau dan gajah misalnya dapat dimanfaatkan. Namun kalau salah metode, justru pelatih/majikannya akan terkoyak-koyak digigit bahkan bisa binasa. Demikian pula halnya nafsu. Jika tidak dapat dikendalikan, kita akan terjerumus ke dalam masalah yang mengorbankan diri sendiri dan orang lain. Salah satu cara yang paling ampuh dan efektif dalam pengendalian nafsu ialah dengan berpuasa dalam arti yang sesungguhnya. Karena dalam ibadah puasa terkandung nilai-nilai ketaatan, keikhlasan, kedisiplinan, kesabaran dan yang paling mendasar ialah kejujuran. Tidak ada yang tahu bahwa ia berpuasa atau tidak kecuali Allah dan dirinya sendiri, makanya Allah sendiri yang akan menentukan bobot pahala ibadah puasa itu.
 

Pelaksanaan Rukun Islam yang keempat dalam upaya pengendalian nafsu tersebut tidaklah mudah, Tetapi dengan niat dan kemauan keras, Insya Allah akan berhasil. Nafsu negatif (Ammarah) yang tadinya dominan, pada akhirnya akan digeser oleh nafsu positif (Muthmainnah) yang cenderung kepada kebaikan. Nafsu inilah yang dipanggil oleh Allah dengan firmanNya “Wahai nafsu yang tenang (Muthmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa puas dan di redhai, masuklah ke dalam golongan hambaKu dan masuklah ke dalam sorgaKu" (Q.S. Al-Fajer : 27).

Ibadah puasa yang dilakukan itu adalah atas dorongan Iman, karena memang merupakan syarat mutlak diwajibkannya orang berpuasa. Firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan pada umat terdahulu agar kamu bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah : 183). Namun, Iman dalam arti sebatas ucapan dan keyakinan, keadaannya masih telanjang, tidak berselubung dan belum berpakaian. Pakaiannya ialah “TAQWA” Olehnya itu, maka pelaksanaan puasa untuk mencapai derajat taqwa bagaikan menenun pakaian rohani guna menutupi dan menghiasi iman. Kalau pakaian jasmani banyak corak dan modelnya, tapi pakaian rohani hanya satu model yaitu taqwa yang diwarnai dengan berbagai amal kebaikan. Taqwa sebagai pakaian telah dijelaskan oleh Allah SWT “Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menciptakan untukmu pakaian yang menutup aurat, dari yang kasar dan yang halus. Sesungguhnya pakaian taqwa itulah yang paling baik” (Q.S.Al-A’raf: 26)

.
Hasan Basry, seorang sufi menggambarkan apabila taqwa telah bersemi dalam dada manusia, maka kuatlah keyakinan, teguh dan bijaksana, murah hati dan ringan tangan, tidak menuntut dan tidak mengambil yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain, tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan sia-sia. Ia diam supaya selamat, bila berbicara memberi manfaat, jika berhasil dan beruntung ia bersyukur, bila mendapat musibah dan ke gagalan ia bersabar, jika ditegur ia berterima kasih serta menyesali kekeliruannya.
 

Itulah untalan benang pakaian taqwa, inilah benang-benang yang kita pintal, yang kita tenun selama ini untuk menghiasi iman kita. Khusus tenunan benang taqwa yang kita pintal di bulan Ramadhan, hendaknya dijaga dan dipelihara baik-baik jangan sampai kusut/terurai berantakan di luar Ramadhan disebabkan oleh kita sendiri karena nafsu yang tadinya jinak terkendali menjadi liar dan buas kembali.
 

Perlu diingat bahwa Syaithan-syaithan yang terbelenggu, lemah lunglai dan bertekuk lutut di bulan Ramadhan, ia tidak menerima begitu saja dan tidak berhenti sampai disitu serta tidak rela dengan kekalahannya itu. Ia akan menggoda silih berganti. Selama mata masih melihat, telinga mendengar, kaki masih berjalan, tangan dapat menggenggam dan jantung masih berdenyut, bujuk rayu syaithan/iblis pasti datang bertubi-tubi menemui dan membisik kita di luar bulan puasa agar melakukan perbuatan haram serta menghalangi berbuat kebaikan. Firman Allah yang artinya “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat (kata syaithan kepada Allah), maka aku akan menghalang-halangi manusia dari jalan lurus. Aku akan datangi mereka (dengan tipu dayaku) dari depan dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri sehingga Engkau (Allah) tidak mendapati mereka bersyukur” (Q.S. Al-A’raf : 16 – 17).

Kita semua pasti akan terjebak dan terperdaya dengan godaan syaithan/iblis kecuali orang yang kuat iman dan taqwanya serta ikhlas beramal. Iman, taqwa dan amal shaleh merupakan modal bagi kita. Tidak akan ada kebahagiaan, ketentraman dan keselamatan dunia akhirat tanpa iman dan taqwa kepada Allah SWT. Kiranya nilai-nilai taqwa yang kita tenun dan yang kita peroleh melalui ibadah puasa dan amalan-amalan lainnya selama bulan Ramadhan 1432 ini kita dapat pelihara dan mempertahankannya sepanjang 11 bulan ke depan, Semoga !


Palu, 25 Juli 2011/23 Sya’ban 1432

Tidak ada komentar:

Posting Komentar