Tidak lama lagi, tepatnya Senin, 6
Juni 2016 kita akan memasuki bulan Ramadhan 1437 yang di dalamnya ada kewajiban
puasa. Kaum muslimin akan menyambutnya dengan ekspresi ceria dan rasa syukur
karena masih dapat bertemu dengan bulan puasa. Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah karena mengandung tiga
keutamaan yaitu Rahmah (kasih
sayang), Maghfirah (ampunan) dan Itqun minar Nar (pembebasan dari api
neraka). Sebagai wujud kesyukuran memasuki bulan suci itu, mereka menyemarakkan
masjid untuk shalat tarawih di malam hari dan berpuasa di siang hari. Namun
di antara kaum muslimin yang berpuasa itu banyak yang hanya fokus pada menahan
diri tidak makan dan tidak minum serta tidak bersenggama di siang hari, padahal
bukan hanya itu.
Puasa Ramadhan adalah ibadah yang
istimewa karena pahalanya tidak mempunyai standar minimal maksimal seperti
ibadah-ibadah lain, ia diberi ganjaran 10 sampai 700 kali lipat tapi puasa
tidak ada batas maksimalnya, tergantung niat, kekhusyu’an dan kejujuran saat
berpuasa. Atau sebaliknya, puasanya akan sia-sia karena tidak memperhatikan dan
tidak menghindari hal-hal yang bisa merusak ibadah puasa itu sendiri. Allah
azza wa jalla dalam hadist qudsi berfirman “Setiap amalan anak cucu Adam adalah
untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
memberikan balasannya” (HR. Ahmad).
Ada beberapa faktor yang bisa merusak
ibadah puasa, pahalanya berkurang bahkan boleh jadi tidak berpahala sama
sekali. Sabda Rasulullah SAW “Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak
mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan haus” (HR. Thabrani).
Berikut yang menyebabkan puasa menjadi sia-sia/tidak berpahala antara lain :
- Niat yang tidak ikhlas ; Boleh jadi seseorang berpuasa hanya sekedar ikut-ikutan atau hanya malu kalau tidak berpuasa. Untuk itu hendaknya puasa kita diniatkan sebagai ibadah hanya kepada Allah SWT, hanya dengan niat seperti itu puasa akan diberi ganjaran pahala. “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari & Muslim).
- Berkat-kata kotor ; Banyak yang mampu menahan lapar dan dahaga serta mengendalikan syahwatnya di siang hari, tapi belum tentu sanggup menahan lisannya. Dalam keadaan berpuasa ia sering berkata-kata yang tidak baik, menggunjing, menggibah, memprovokasi dan lain-lain. Perilaku seperti ini kita hindari khususnya di kala sedang berpuasa. Nabi memperingatkan dengan sabdanya “Apabila kalian berpuasa, maka janganlah berkata kotor, berteriak-teriak dalam pertengkaran. Jika ada yang mengajak berkelahi, katakanlah aku sedang berpuasa” (HR. Bukhari & Muslim). Menjaga lisan tidak hanya diperintahkan saat berpuasa tapi kapan dan di manapun kita berada, lisan/lidah harus tetap dijaga. Sabda Nabi “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah berkata-kata yang baik atau diam saja” (HR. Bukhari & Muslim). Termasuk dalam hal ini ialah perkataan yang sia-sia, tidak bermanfaat dan tidak jelas arah tujuanannya. Demikian juga perkataan jorok dan porno atau ucapan-ucapan yang menyinggung/menyakiti perasaan seseorang. Sikap seperti ini sangat dilarang. Dalam hadist disebutkan “Puasa bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan Lagwi (sia-sia) dan rafats (jorok). Apabila ada orang yang mencela atau berbuat usil padamu katakan aku lagi puasa” (HR. Ibnu Majah).
- Melakukan kemaksiatan ; selain menahan dari makan dan minum, puasa juga diharap dapat menahan atau melawan nafsu untuk berbuat maksiat. Tidak sedikit diantara kita taat melaksanakan puasa, namun tidak berusaha mengurangi perbuatan maksiat dan kejahatan, ia tidak memanfaatkan momen Ramadhan untuk merubah kebiasaan yang tercelah itu. Padahal hikmah puasa adalah melatih diri mengendalikan hawa nafsu agar kita menjadi orang yang bertaqwa. Firman Allah “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan berpuasa bagimu sebagaimana telah diwajibkan atas umat-umat terdahulu agar kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah : 183). Selanjutnya Rasulullah SAW menegaskan kepada umatnya bahwa “Ramadhan adalah bulan yang Allah telah mewajibkan berpuasa dan Aku mensunnatkan shalat malam.Siapa yang berpuasa di siang hari dan shalat tarwih di malam hari karena iman dan penuh harap ridha karena Allah, maka akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana bayi yang baru lahir dari ibunya” (HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqy).
(Palu, 30 Mei 2016/23 Sya’ban 1437)