Gerhana Matahari merupakan
salah satu Sunnatullah yang
berlangsung secara konsisten, tidak pernah terlambat atau mendahului serta
tidak meleset sedikitpun dari ketentuan yang telah ditaqdirkan oleh Allah SWT
(Q.S.Al-Furqan: 2). Gerhana Matahari terjadi apabila garis orbit Matahari dan
Bulan berada pada posisi yang sejajar, dan Bulan berada diantara Matahari dan
Bumi sehingga Bumi tidak menerima sinar Matahari secara langsung karena tertutupi oleh
Bulan. Ada tiga bentuk Gerhana, yaitu Gerhana berbentuk cincin, setengah lingkaran, dan Gerhana
penuh (total). Selain itu ada juga yang disebut Gerhana Hybrid yakni perpaduan
Gerhana Cincin dengan Gerhana Matahari Total yang menurut Astronom akan terjadi
tahun 2023 di provinsi Maluku dan Papua Barat.
Yang terjadi dan kita saksikan
kemarin tanggal 9 Maret 2016 adalah Gerhana Matahari Total (GMT) karena Matahari
dan Bulan berada pada garis edar yang sejajar sehingga Matahari yang tadinya
bersinar terang, tiba-tiba menjadi hitam pekat karena ditutupi piringan Bulan.
Maka jadilah Bumi yang kita tempati ini gelap seketika seperti saat Matahari
terbenam di waktu maghrib.
Proses GMT tersebut berlangsung
selama 2.33 jam mulai pukul 07.27 pagi saat Bulan mulai memasuki piringan
Matahari, dan pukul 08.47 Matahari tertutup penuh (Total). Matahari kelihatan
utuh/normal setelah tersingkap kembali dari tutupan piringan Bulan pada pukul
10.00. Karena peredaran kedua benda langit ini bergerak sangat cepat,
maka Bulan tampak sempurna menutupi Matahari hanya dalam durasi 2 menit
lebih sedikit. Saat-saat GMT adalah pemandangan yang sangat indah dan
istimewa karena pada saat
itu Korona (Mahkota) Matahari yang berwarna-warni itu
dapat terlihat dengan
jelas.
Pertemuan piringan Matahari
dan piringan Bulan jangan diasumsikan bagaikan dua piring yang saling menutupi,
tidak seperti itu karena kedua benda langit itu berada pada posisi yang sangat
berjauhan. Menurut LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), jarak
Matahari dengan Bumi sekitar 150 juta kilometer sementara Bulan hanya 40 juta
kilometer.
Peristiwa alam ini memberikan
kebanggaan dan kepuasan tersendiri bagi Astronom karena mereka dapat
membuktikan hasil pengamatan dan perhitungan yang sangat cermat. Jauh
sebelumnya, tepatnya tahun 2009 Astronom Riser Fahdiran sudah memastikan dan
mempublikasikan keseluruh dunia bahwa 9 Maret 2016 akan ada Gernaha Matahari
Total dan hanya terjadi di Indonesia pada 11 provinsi. Atas informasi itu, maka
mata dunia tertuju ke Indonesia. Tiga tahun menjelang GMT para peneliti/ilmuan
dan wisatawan asing mulai memesan hotel untuk datang memantau langsung fenomena
alam itu. Dapat dibayangkan sekiranya prediksi dan perhitungan mereka tidak
tepat dan GMT tidak terjadi, alangkah kecewa dan ruginya para wisatawan
mancanegara dan nusantara berikut kerugian Pemerintah setempat yang telah mempersiapkan
fasilitas menyambut GMT. Syukur, GMT dapat terjadi tepat waktu, sehingga
puluhan juta orang Indonesia dan puluhan ribu wisman dapat merasa puas
menyaksikan peristiwa unik baik secara langsung maupun lewat layar monitor TV. Salah satu diantara
peneliti asing yang datang ke Palu memantau GMT adalah Astronot Andre Kuipers (Belanda). Ia mengaku sudah
dua kali menginjakkan kaki di Bulan (thn. 2004 dan 2012).
Penemuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bermula pada masa Dinasty Abbasyiah di Iraq (749 - 1258
M). Khusus bidang ilmu Falaq (astronomi) dirintis oleh Ibrahim Al-Fazari (th. 771), sejak itu
terus mengalami perkembangan pesat. Dengan perhitungan (hisab) yang sangat
akurat terhadap peredaran Matahari, Bulan dan Bumi mereka dapat memprediksi
terjadinya suatu fenomena alam jauh
sebelumnya seperti GMT dan yang lainnya.
Monumen
GMT
Gerhana Matahari Total yang
terjadi tanggal 9 Maret 2016 M / 29 Jamadil Awal 1437 H yang
bertepatan Hari Nyepi Tahun Baru Saka 1938, oleh Pemerintah Kota Palu membangun
sebuah Monumen sebagai peringatan bahwa Palu Sulawesi Tengah pernah dilintasi
Gerhana Matahari Total. Monumen ini memang penting karena peristiwa serupa akan
terjadi di tempat yang sama (Palu) setelah 350 tahun. Tugu/Monumen tersebut dibangun
di Pantai Talise dengan tinggi 7 meter. Pada puncaknya dipasang semacam bola
dunia bertuliskan “GMT 9 Maret 2016” Bola Dunia itu akan berputar terus menerus
siang malam tanpa henti selama ada angin bertiup. Tugu GMT ini diresmikan oleh Wakil Presiden
Drs. H.M. Jusuf Kalla. Beliau bersama isteri Hj. Mufidah serta sejumlah menteri
sengaja datang ke Palu untuk menyaksikan secara langsung tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT. Monumen yang terletak di Anjungan Nusantara akan menjadi salah satu
objek Wisata yang menawan karena berhadapan dengan Teluk Palu yang indah
mempesona.
Selamat berkunjung ke Tugu
GMT, sambil menyaksikan keindahan Teluk Palu, juga dapat menikmati berbagai
makanan minuman khas Kota Palu. (Palu,
20 Maret 2016)