Rabu, 08 April 2015

Jalan-Jalan ke Gua Hira

Gua Hira di Mekah
Menjelang keberangkatan Calon Jamaah Haji Indonesia ke Tanah Suci Mekkah tahun 1432/ 2011, ada baiknya diketahui bahwa salah satu obyek ziarah yang perlu dikunjungi ialah Gua Hira, tempat turunnya Al-Qur’an yang pertama. Para pengelola Yayasan Bimbingan Ibadah Haji Indonesia semestinya memprogramkan bahkan memprioritaskan dan memfasilitasi jamaahnya mengantar menziarahi Gua Hira tersebut.


Gua Hira berada disebuah bukit yang terletak 5 km sebelah Utara Ka’bah atau di sebelah kiri jalan yang dilalui ketika berangkat dari Masjidil Haram ke Padang Arafah. Gua inilah yang di tempati Muhammad Al-Amin berkhalwat (bertahannuts) menjauhkan diri dari keramaian kota Mekkah pada setiap bulan Ramadhan sebelum kenabiannya. Bukit dimana Gua itu berada kemudian lebih dikenal dengan nama “Jabal Nur” artinya Bukit Cahaya, karena di situlah terpancarnya cahaya Al-Qur’an pertama yang di turunkan Allah SWT dari Lauhem Mahfudz melalui Malaikat Jibril kepada Muhammad. Peristiwa ini terjadi pada 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijeriah / 6 Agustus tahun 610 sesudah masehi.

Adalah aneh tapi nyata bahwa bukit Jabal Nur itu senantiasa kelihatan bercahaya walau di malam hari tanpa bulan, sepertinya ada pantulan cahaya yang tidak diketahui dari mana arahnya, sementara deretan bukit-bukit sekitarnya tidak demikian, bukan hanya setinggi pendakian, tapi yang paling aneh bin ajaib ialah di dalam Gua yang sempit itu tetap terang bercahaya, Masya Allah. Dengan adanya cahaya seperti itu, maka tidak sedikit jamaah lebih senang berziarah dimalam hari sampai menjelang subuh untuk menghindari teriknya panas matahari serta menghindari kepadatan pengunjung dan antrian panjang di siang hari. Sekedar untuk diketahui bahwa Jabal Nur itu gundul tidak ditumbuhi rumput apalagi pepohonan, hanya terdiri dari lempengan-lempengan batu dalam ukuran besar dan kecil.


Tidak semua jamaah haji yang bekunjung ke Jabal Nur mampu mencapai dan memasuki Gua Hira, hanya yang berusia 60 tahun kebawah, kuat dan sehat serta yang berkemauan keras, sebab masih harus mendaki lebih dari 250 meter dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat. Sesampai di puncakpun belum langsung menemukan Gua. Masih harus turun lagi sekitar 10 meter dengan posisi terjal yang mengerikan dan letak batu besar yang bercelah sangat sempit (orang dengan tubuh besar harus memiringkan badan, ada juga yang melucurkan badannya dari atas ke bawah) menuju area Gua.


Pendakian untuk mencapai Gua Hira memerlukan waktu antara 30 – 45 menit demikian juga pulangnya. Praktis waktu yang dibutuhkan untuk ziarah ketempat yang sangat monumental itu minimal 1 jam. Namun selama dalam perjalanan pergi pulang (mendaki/ menurun) tidak perlu membawa makanan dan minuman, ada beberapa tempat persinggahan untuk istrahat bila capek dan haus. Disitu ada penjual makanan dan minuman plus souvenir ala Arab Saudi untuk ole-ole dibawa pulang ke tanah air.

Gua Hira terbentuk secara alamiah, terdiri dari susunan lempengan batu besar yang tidak beraturan tapi sangat kokoh kuat. Konon ceritanya, dari dulu (sebelum Islam) hingga kini lempengan-lempengan batu itu tidak mengalami pergeseran sedikitpun. Bagian terpanjang pada sisi-sisinya berukuran sekitar 3 x 1,5 meter, tinggi 2 meter. Untuk shalat hanya cukup 2 orang dan jika berbaring boleh 3 orang. Pintu tempat masuk membelakangi Ka’bah sehingga begitu masuk secara otomatis kita menghadap ke Ka’bah. Di celah-celah batu dalam Gua ini kita dapat melihat dari kejauhan Menara Jam Masjidil Haram, dan dibagian kanannya terdapat batu besar berposisi semacam serambi atau teras. Batu ini sudah diratakan permukaannya dan bisa ditempati untuk shalat.


Karena Gua Hira itu sangat sempit sedangkan pengunjung cukup banyak (laki dan wanita), maka terpaksa harus melalui antrian panjang. Apa yang mereka lakukan dalam Gua itu? Ialah shalat sunat dan berdoa sebagai bukti kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan Kitab Suci Al-Qur’an yang diturunkan disitu (walau sebenarnya amalan seperti itu tidak disyariatkan). Para jamaah yang akan menunaikan ibadah haji, pria dan wanita, khususnya yang berusia muda, sehat dan kuat fisik hendaknya memasang niat untuk mengunjungi Gua Hira. Gua ini pada hakekatnya merupakan tempat pengangkatan dan pelantikan Muhammad Al-Amin menjadi Nabi, sekaligus sebagai awal kelahiran Agama Islam yang ditandai dengan diturunkannya Wahyu yang pertama yang artinya “Bacalah dengan nama Tuhanmu, yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, Tuhanmu itu Maha Mulia, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan Qalam apa-apa yang belum diketahui” (Q.S. Al- Alaq : 1 – 5).


Untuk itu, para pengurus Yayasan Bimbingan Ibadah Haji diharapkan mengalokasikan waktu yang cukup buat jamaahnya untuk melihat dan memasuki Gua Hira. Karena selama ini banyak pengelola Yayasan mengantar jamaahnya hanya sampai di kaki gunung Jabal Nur saja, tidak memberi kesempatan naik / masuk Gua dengan dalih waktu terbatas mengingat masih ada obyek yang akan dikunjungi. Sekiranya pihak yayasan tidak menyediakan waktu yang cukup, maka solusinya adalah jamaah sendiri yang berupaya mencari kendaraan. Banyak kendaraan dipersiapkan baik yang carteran maupun hanya mengantar saja. Dan untuk pulang ke pondokan juga tidak susah.


Dengan menyempatkan diri jalan-jalan mendaki Jabal Nur masuk Gua Hira, bapak-bapak ibu-ibu jamaah haji akan memperoleh kesan dan kepuasan tersendiri melebihi kepuasan saat kita mencium Hajarul Aswad dan tidak akan pernah dilupakan. Selain itu, juga akan lebih memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, meningkatkan ketaatan kepada Rasulullah Muhammad SAW serta kecintaan terhadap kitab Suci Al-Qur’an yang diturunkan untuk pertama kalinya di Gua Hira itu. Semoga!
 

Palu, 20 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar