Jumat, 01 Agustus 2014

Caleg Siap Kalah Agar Tidak Jadi Calon Gila



Dua hari lagi, tepatnya Rabu 9 April, kita bangsa Indonesia akan meramaikan pesta demokrasi Pemilihan Umum Anggota Legislatif priode 2014-2019. Persiapan telah rampung, logistik  sudah didistribusi, tenaga dan peralatan sudah siap di tempat pemungutan suara. Demikian juga para caleg siap bertarung. Pertarungan kali ini sangat ketat karena jumlah caleg (calon legislatif) jauh lebih banyak ketimbang kursi yang tersedia di DPR.

Berdsarkan data di KPU sebagai penyelenggara Pemilu, alokasi kursi di DPR RI hanya 560. Kursi ini diperebutkan oleh 6.607 caleg itupun 90 % diantaranya adalah anggota DPR yang masih aktif (incumbent). Hal yang sama terjadi di DPRD I dan DPRD II. Di DPRD I Provinsi tersedia 2.137 kursi sedangkan di DPRD II Kabupaten/Kota 17.560. Total kursi di DPR RI, DPRD I dan DPRD II adalah 20.257. Kursi sebanyak ini akan diperebutkan lebih 200.000 caleg dari 12 partai seluruh Indonesia, Mungkin hanya 10 % yang akan terpilih, lebih kecil lagi kemungkinannya bagi caleg pemula DPR dan DPD. 

Persaingan ini super ketat karena sifatnya Luar Dalam, artinya di dalam ia harus mengalahkan teman-teman separtainya dalam perolehan suara terbanyak. Di luar mereka harus bersaing dengan caleg dari partai lain. Caleg yang bukan figur publik dan tidak punya modal sosial harus merogoh kocek cukup dalam untuk mengkampanyekan dan mempopulerkan diri dan misinya. Biaya kampanye yang mereka keluarkan mulai pembuatan baliho, spanduk, kalender, brosur, stiker, kartu nama, baju kaos, iklan di media cetak/elektronik, kampanye konvoi/massal. Begitu juga biaya transfortasi, akomodasi dan konsumsi serta biaya-biaya lain untuk tim suksesnya. Mungkin juga ada persiapan dana untuk money politic dan serangan fajar. Dapat dibayangkan berapa besar dana yang dibutuhkan.

Menurut Pramono Anung dalam bukunya Mahalnya Demokrasi, Memudarnya ideologi mencatat rata-rata kebutuhan dana bagi seorang caleg DPR adalah Rp 3,3 milyar pada pemilu 2009. Tahun 2014 diperkirakan Rp 4.5 milyar. Jumlah ini tidak jauh beda yang akan dikeluarkan caleg DPR Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kalau kemudian mereka tidak memenangi pemilu, apa yang terjadi? Wajar bila muncul Calon Legislatif yang tidak mampu menerima kekalahan akan menjadi “Calon Gila”. Mereka mengeluarkan uang banyak yang kalah itu pasti stress/depresi karena targetnya harus menang dan tidak siap kalah. Itu yang menyebabkan jadi gila.

Berdasarkan pengalaman, pengamatan serta catatan dari pemilu dan pemilukada di era demokrasi ini dapat disaksikan beberapa bentuk gangguan jiwa dari yang ringan sampai yang berat. Yang ringan antara lain mereka memiliki gejala suka marah-marah, merasa cemas, putus asa, pendiam/mengurung diri dalam kamar dan lain-lain. Sementara yang berat dapat dilihat dari kondisinya seperti mendengar suara orang berbicara, tapi orangnya tidak ada, menjawab pertanyaan yang ia dengar sedang orang lain beranggapan kalau ia berbicara sendiri. Ada juga seperti dikejar-kejar penagih utang padahal tidak ada orang atau merasa akan dibunuh.

Bentuk lain dari gangguan jiwa ialah ia keluar rumah berjalan dengan celana puntung dan baju kaos gantung atau menyalakan senter di siang bolong. Pernah juga ditemukan berdiri di pinggir jalan meminta-minta dan berkata kembalikan uang saya. Termasuk  juga gangguan jiwa caleg yang meminta kembali bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat seperti pompa air, mesin listrik genset, karpet untuk masjid dan lain-lain. Mereka yang memiliki gejala-gejala seperti itu harus dirawat di rumah sakit sebagai tindakan kuratif. Selain caleg itu sendiri, gangguan jiwa  juga  akan dialami oleh keluarganya dan penyandang dana yang kehabisan modalnya. Untuk mengantisipasi pengalaman seperti itu pada pemilu 2014 ini, maka hampir semua rumah sakit jiwa di kota-kota mempersiapkan kamar khusus bagi Calon Gila, termasuk Rumah Sakit Jiwa Madani Mamboro Palu.
 
Mengapa banyak yang mau jadi Caleg? 

Banyaknya orang tampil sebagai caleg tidak semua atas niat ingin memperbaiki dan memajukan Indonesia, tapi tidak sedikit karena motivasi untuk mendapatkan kekuasaan politik dan kepentingan ekonomi, apalagi diiming-iming oleh orang-orang tertentu … You maju jadi caleg .. paling habis duit 500 juta … kalo terpilih bisa dapat lebih dari itu, gaji dan fasilitas banyak, gampang dapat proyek dan lain-lain. Banyak yang terbujuk/terjangkit dengan iming-iming ini. Makanya mereka berlomba mendaftar di KPU meski harus memberi kontribusi sebagai sewa perahu kepada partai yang mengusungnya, mereka berani pinjam uang kredit, menjual/menggadaikan tanah tanpa berpikir rasional tentang kualitas dan kemampuan dirinya.

Mengakhiri tulisan ini, penulis mengingatkan kepada para caleg untuk siap mental menerima hasil pemilu ini. Sekiranya hasilnya tidak sesuai harapan, jangan larut dalam kekecewaan yang berdampak munculnya gangguan jiwa yang harus dirawat inap di rumah sakit jiwa. Anggaplah kekalahan/kegagalan itu sebagai kesuksesan yang tertunda, atau mungkin Tuhan, Allah SWT tidak mengtaqdirkan anda sebagai seorang Legislator DPR. Demikian juga Bapak/Ibu yang berhasil duduk di kursi empuk DPR RI, DPRD I dan DPRD II jangan lupa janjinya. Ingat, masyarakat menginginkan adanya perbaikan dan peningkatan kesejahteraan di negeri yang kita cintai ini. Semoga. (Palu, 07 April 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar