Sabtu, 02 Agustus 2014

Valentine VS Islam

Tanggal 14 Februari, ada suatu kegiatan yang tidak pernah dilewatkan begitu saja, khususnya kawula muda. Marak dan sudah merebak ke pelosok-pelosok tanah air Indonesia, termasuk di Kota Palu dan Kabupaten-Kabupaten di Sulawesi Tengah. Kegiatan itu adalah Perayaan Valentine's Day (Hari Kasih Sayang), bukan hanya dirayakan oleh remaja-remaja Kristiani tapi juga dari kalangan remaja Islam.

Pada mulanya, pelaksanaan Valentine merupakan upacara keagamaan untuk mengenang atas kematian seorang Martir (orang suci) yang bernama Valentine. Ia dihukum karena ada pertentangan dengan Raja Romawi Claudius dalam memperjuangkan Cinta. Ia meninggal dunia dalam penjara tanggal 14 Februari 270. Untuk mengenang peristiwa sadis tersebut, Paus Gelasius menetapkan 14 Februari sebagai hari peringatan Santo Valentine. Ia dianggap simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup.

Namun, sejak abad ke-16 upacara ritual keagamaan tersebut beransur-ansur hilang dan berubah menjadi perayaan yang berbentuk jamuan kasih sayang. Perubahan makna Valentine dikaitkan dengan berbagai versi antara lain, di kalangan orang Eropa ada kepercayaan bahwa waktu kasih sayang mulai bersemi ”Bagai Burung Jantan dan Betina” tanggal 14 Februari, sementara dalam bahasa Prancis terdapat kata Galentine yang berarti Cinta. Persamaan bunyi Galentine dan Valentine menyebabkan mereka berkata sebaiknya para pemuda mencari pasangan hidup pada tanggal 14 Februari. Dalam perkembangan dari masa ke masa dan pergeseran dari makna yang sebenarnya, maka sekarang ini orang hanya mengenal Valentine sebagai pesta kasih sayang tanpa mau tahu latar belakang sejarahnya.

Pada pelaksanaannya, perayaan Valentine diikuti oleh sahabat/teman-teman biasa untuk mencari atau memulai menjalin cinta kasih, namun pada umumnya adalah mereka yang sedang pacaran/selingkuhan. Acaranyapun bervariasi, bukan sekedar ucapan cinta dan kasih sayang, tetapi dibarengi dengan tukar kado, saling memberi coklat dan hadiah khusus kepada kekasihnya yang telah dipersiapkan sebelumnya. Ada yang dilakukan di ruang terbuka ada juga di ruang tertutup bagi mereka berdua memadu cinta.

Dengan cara seperti ini patut diduga bahwa momen perayaan Valentine setiap 14 Februari mereka memperkenalkan gaya hidup orang barat dengan kedok percintaan dan perjodohan serta diharapkan akan mempengaruhi generasi muda Islam untuk mengikuti budaya barat itu. Selaku umat Islam, ada beberapa tinjauan dalam perayaan Valentne yang dapat dikritisi, antara lain memadu cinta lewat pacaran. Ada yang mengatakan jika seseorang ingin mengenal calon pasangannya mustilah pacaran dulu dengannya. Pendapat ini aneh, kenapa dengan pacaran adalah satu-satunya cara untuk mengenal calon pasangannya?

Perlu diketahui bahwa pacaran/selingkuh, memadu cinta adalah mendekati bahkan jalan menuju zina. Awalnya mungkin hanya melakukan pembicaraan langsung, dilanjutkan lewat telepon, SMS, chatting, facebook dan lain-lain, lalu janjian kencan. Karena sering ketemu berduaan (berkhalwat) akhirnya bisa terjerumus dalam hubungan yang melampaui batas kewajaran, layaknya suami isteri. Nabi Muhammad SAW memperingatkan “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, karena sesungguhnya syaithan adalah yang ketiga diantara mereka berdua, kecuali wanita itu adalah mahramnya”

Banyak remaja dan tidak sedikit orang tua yang melakukan zina karena menjalin cinta dan sering berkhalwat. Mendekati pacar dalam keadaan berduaan apalagi menyentuh bagian tubuh yang sensitif, maka secara kodrati pasti ada reaksi karena memang adalah kebutuhan biologis, kadang-kadang iman dan taqwa tidak mampu membendung dorongan syahwat insani itu. Makanya Allah mewanti-wanti dengan firmanNya “Janganlah kamu dekati zina karena zina itu adalah perbuatan yang sangat keji dan jalan yang amat buruk” (Q.S. Al-Isra’ : 32). Menjalin kemesraan yang intim dan bersepi-sepian berduaan (khalwat) merupakan perbuatan yang mendekati zina.

Mencermati perayaan Valentine's Day (Idul Hubb), Komisi Riset Ilmiyah dan Fatwa Saudi Arabia menilai hal ini masuk kategori Tasyabuh atau meniru-niru perbuaatan golongan lain. Untuk itu diharamkan kaum muslimin dan wajib menjauhi sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Tidak pantas jika orang Islam ikut serta dalam kegiatan yang berasal dari budaya barat non muslim. Juga tidak perlu mengucapkan “Selamat Valentine” demikian pula pemberian hadiah dan dukungan pada perayaan seperti itu. Firman Allah “Jangan kamu ikuti yang kamu tidak ketahui (persoalannya) karena pendengaran, penglihatan dan bisikan hatimu akan diminta pertanggungjawabannya” (Q.S. Al-Isra’ ; 36).

Mengakhiri tulisan ini, penulis memberikan dukungan besar kepada Aktivis Dakwah Kampus (ADK) Untad Palu yang mengkampanyekan Anti Valentine. Pelajar dan mahasiswa Islam diharap untuk tidak ikut-ikutan dalam perayaan Hari Kasih Sayang itu karena sudah jelas bukan dari budaya dan peradaban Islam. Jangan sampai kita terkena ungkapan Rasulullah SAW “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” Nauzu billah min dzalik. (Palu, 7 Februari 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar